7 December 2014

STRESS BIKIN BADAN MAKIN GEMUK


Saat menghadapi stres biasanya kita cenderung jadi tak bersemangat, susah tidur, dan pikiran terus terfokus pada masalah yang dihadapi. Dalam kondisi demikian, mengapa berat badan tak kunjung turun, bahkan malah bertambah?

Setidaknya ada dua alasan mengapa saat stres kita sering bertambah gemuk. Pertama, kita menjadi lebih sering mengasup makanan yang menimbulkan rasa nyaman. Makanan tersebut biasanya adalah makanan tinggi kalori dan juga tidak sehat. 

Hormon-hormon yang dihasilkan tubuh ketika kita sedang stres ternyata juga dapat membangkitkan rasa lapar sehingga kita jadi makan berlebihan.

Selain keinginan makan, stres ternyata juga berpengaruh pada proses metabolisme tubuh. Dalam sebuah penelitian terungkap, saat stres metabolisme tubuh sedikit lebih lambat. Dibanding dengan orang yang tidak stres, mereka yang stres tubuhnya membakar kalori 104 lebih sedikit dalam 24 jam. Jumlah tersebut dalam setahun setara dengan 5 kg!

Sudah metabolisme lebih lambat, kita juga cenderung memilih makanan tidak sehat. Tak heran kalau tubuh semakin melar meski kita mengeluh sedang stres.

"Saat Anda merasa stres dan putus asa, berhati-hatilah terhadap apa yang Anda makan. Simpanlah makanan sehat di kulkas karena saat stres biasanya kita ingin mengasup sesuatu yang cepat disantap," kata Jan Kiecolt-Glaser, peneliti dari Ohio State University yang melakukan studi ini.

Ia menambahkan, meski sulit menghindari stres dalam kehidupan modern, tapi kita bisa mengenali apa yang jadi pemicunya dan mengubah perilaku saat menghadapi stres. Termasuk mengubah pola makan menjadi lebih sehat. 
http://health.kompas.com/read/2014/08/16/112846123/Stres.Tapi.Mengapa.Badan.Tambah.Gemuk.

NGEMIL BIKIN ORANG INDONESIA MENDERITA OBESITAS

Jumlah orang yang mengalami kegemukan terus meningkat. Junk food kerap menjadi kambing hitam dari peningkatan prevalensi obesitas. Namun mungkin penyebab tersebut lebih tepat terjadi di negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat. 

Sementara itu, di Indonesia, budaya ngemil atau sering makan sebenarnya berkontribusi lebih tinggi pada peningkatan obesitas.

Menurut dokter pakar fisiologi dan pemerhati gaya hidup Grace Judio-Kahl, kebiasaan makan junk food dalam jumlah banyak dan frekuensi tinggi sangat jarang terjadi di masyarakat Indonesia. Namun kita memiliki kebiasaan memakan camilan bertepung tinggi dan kalori kosong.
"Orang Indonesia makannya relatif sedikit-sedikit, tapi sering ngemil makanan  kecil tinggi kalori seperti cireng, peyek, atau batagor," ungkap Grace dalam konferensi pers dalam rangka ulang tahun lightHOUSE ke-10, pada Rabu (20/8/2014) di Jakarta.
Kebiasaan makan camilan itu dibangun dari kebudayaan harus selalu ada makanan setiap kali beraktivitas, misalnya saat rapat. "Sekretaris biasanya akan kerepotan menyediakan camilan untuk panganan rapat. Berbeda sekali dengan di luar negeri yang disajikan kopi saja sudah bagus," ujarnya.
Selain itu, kebudayaan selalu menyuguhkan makanan sebagai bentuk rasa hormat atau sayang juga sangat kental di Indonesia. Sebagai contoh, ketika bertamu ke rumah orang, seringkali yang ditanyakan terlebih dulu oleh tuan rumah adalah "sudah makan atau belum" atau ajakan "ayo makan dulu".
Di sisi lain, orang yang ditanya atau ditawari biasanya tidak menolak karena takut dianggap tidak sopan. Belum lagi jika sajian makanan yang ditawarkan memang menggugah selera.
Terpaksa, banyak orang yang akhirnya makan lagi meskipun sebenarnya sudah makan. "Mindset seperti inilah yang perlu diubah," tandas Grace.
Karena itu, saat sedang menurunkan berat badan, dibutuhkan bantuan psikolog untuk membantu mereka memperbaiki kemampuan pengendalian diri ketika menghadapi makanan.
Obesitas diketahui merupakan pintu masuk dari penyakit-penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, diabetes, atau kanker. Karena itulah, obesitas juga meningkatkan risiko kematian sekaligus beban kesehatan negara.
Prevalensi obesitas menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 meningkat jika dibandingkan dengan Riskesdas 2010. Angka obesitas pria pada 2010 sekitar 15 persen dan sekarang menjadi 20 persen. Pada wanita persentasenya dari 26 persen menjadi 35 persen.

SIAPA YANG PALING BERESIKO KEGEMUKAN

Akhir-akhir ini, obesitas menjadi kata yang hampir selalu didengar. Jumlah orang dengan obesitas yang terus bertambah membuat kewaspadaan terkait kondisi ini perlu ditingkatkan.
Obesitas diketahui dapat menjadi pemicu dari penyakit-penyakit degeneratif seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, dan lain-lain. Meskipun obesitas dapat terjadi pada siapa saja, namun ada tipe-tipe orang tertentu yang lebih berisiko mengalami obesitas. Siapa saja mereka?
1. Orang dengan orangtua obesitas
Obesitas juga dipengaruhi oleh gen karena menentukan bagaimana tubuh menyimpan dan mendistribusikan lemak. Menurut situs kesehatan Mayo Clinic, faktor yang mempengaruhi lemak, seperti laju metabolisme dan efisiensi pembakaran kalori saat berolahraga juga dipengaruhi oleh faktor genetik.

Selain itu, kebiasaan makan yang terbentuk di keluarga juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang menjadi obesitas. Dengan mengikuti pola makan yang diterapkan orangtua yang obesitas, seorang anak juga akan lebih mudah menjadi obesitas.
2. Orang yang berhenti merokok
Sudah menjadi alasan umum orang tak ingin berhenti merokok karena takut berat badannya bertambah. Ya, penelitian memang membuktikan demikian. Namun dibandingkan dengan bahaya kesehatan yang diakibatkan oleh obesitas, bahaya merokok jauh lebih besar. Lagipula setelah berat badan sedikit meningkat setelah berhenti merokok, orang dapat berupaya untuk menurunkannya kembali.

3. Orang yang melahirkan
Wanita lebih mudah menjadi gemuk setelah melahirkan dan memiliki anak. Penambahan berat badan saat hamil memang tidak terelakkan, namun upaya untuk menurunkannya kembali setelah melahirkan cukup sulit dilakukan oleh kebanyakan wanita.

Ini bukan sepenuhnya salah mereka, pasalnya saat kehamilan memasuki trimester terakhir, wanita memproduksi banyak sel lemak di dalam tubuhnya. Meski diet dan olahraga dapat menyusutkan sel lemak, namun pada bagian-bagian tubuh tertentu, sel lemak tidak mudah untuk disingkirkan.
4. Orang yang kurang tidur
Orang yang kurang tidur karena begadang dapat memperbesar risikonya untuk menjadi obesitas. Ini karena kurang tidur dapat mengganggu kadar hormon di tubuhnya sehingga sulit bagi mereka dalam mengontrol nafsu makan di waktu terjaga.

Studi juga menemukan, orang yang tidur kurang dari delapan jam setiap hari memiliki kenaikan jumlah sel lemak yang lebih banyak daripada pada mereka yang cukup tidur.
Direktur laboratorium tidur dan kronobiologi di University of Colorado mengatakan, ada sesuatu yang berubah pada otak di saat tubuh mengantuk, karena itu menggambarkan berapa banyak energi yang tubuh butuhkan. Untuk mencukupi energi tersebut, akhirnya tubuh beradaptasi dengan meningkatkan nafsu makan.

KEGEMUKAN BISA MEMPERPENDEK USIA !

Orang dengan obesitas atau kelebihan berat badan berisiko terserang berbagai penyakit, seperti jantung dan diabetes. Para ilmuwan bahkan mengatakan bahwa obesitas dapat memperpendek usia hidup 8 tahun lebih cepat.
Mereka yang obesitas memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 35. Sedangkan IMT ideal yaitu 18,5 hingga 24,99. Lebih dari itu, mereka bisa dikategorikan kegemukan dan kurang sehat.
Menurut peneliti, skor IMT 25 sampai 30 saja memiliki usia hidup tiga tahun lebih pendek. IMT diukur dengan berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan (meter kuadrat).
Peneliti utama Profesor Steven Grover, dari Universitas McGill di Montreal, Kanada mengungkapkan, sebuah studi yang menggunakan perhitungan perangkat komputer menunjukkan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

"Secara dramatis dapat mengurangi harapan hidup seseorang. Mereka lebih berisiko menderita penyakit kronis dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal,” ujar Grover.

Berdasarkan penelitian, semakin muda usia orang dengan obesitas, semakin besar pula risiko penyakit yang mengancam. Sebab, selama puluhan tahun mereka hidup dengan tidak sehat.
 Hal ini dibuktikan dengan meneliti orang obesitas berusia 20 hingga 79 tahun. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan The Lancet Diabetes dan Jurnal Endokrinologi, mereka yang obesitas sejak masih muda, usia hidupnya lebih pendek.
Kelebihan berat badan dapat mengurangi kualitas hidup sehat, terutama mereka pada usia muda antara 20 hingga 29 tahun. Grover mengatakan, masalah obesitas harus diatasi dengan gaya hidup sehat, mengatur pola makan, dan melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur. Cara tersebut sangat bermanfaat untuk menurunkan berat badan berlebih.
http://health.kompas.com/read/2014/12/07/100000723/Kegemukan.Berlebih.Bisa.Perpendek.Usia.?utm_source=health&utm_medium=bp&utm_campaign=related&

BERAT BADAN NAIK DI AKHIR PEKAN

Pernah menyadari celana Anda lebih ketat di Senin pagi? Itu bukan hanya perasaan Anda saja, melainkan memang itulah siklus berat badan yang terjadi.
Menurut sebuah penelitian dari para ahli dari Cornell University, berat badan kebanyakan orang mengalami penurunan kecil selama hari-hari di tengah pekan, tetapi kembali meningkat di akhir pekan.
Para peneliti mengatakan, siklus tersebut terjadi pada setiap orang. Namun, yang membedakan orang kurus dan gemuk bukan pada peningkatan berat badan di akhir pekan, melainkan berapa banyak berat badan yang berkurang selama hari-hari di tengah minggu.
Dalam studi yang dipublikasi dalam jurnal Obesity Facts tersebut, 80 peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama yaitu terdiri dari orang-orang yang sedang mengurangi berat badannya (rata-rata mereka mengalami penurunan berat badan tiga persen dari total berat badannya secara rutin dalam seminggu).
Kelompok kedua terdiri dari orang-orang yang berat badannya cenderung tetap (berfluktuasi antara 1-3 persen setiap minggunya). Adapun kelompok terakhir yaitu orang-orang yang bertambah berat badannya (rata-rata mengalami peningkatan berat badan satu persen dari total berat badannya secara rutin dalam seminggu).
Secara umum, peserta studi mencapai berat badan terendahnya pada hari Jumat dan tertingginya di hari Minggu dan Senin. "Ini masuk akal karena makanan di akhir pekan biasanya lebih bervariasi dan tidak terprediksi apa yang dimakan," ujar Anna-Leena Orsama, peneliti studi asal VTT Technical Research Center, Finlandia.
Kendati demikian, lanjut Orsama, setiap orang memiliki irama fluktuasi berat badan yang bervariasi. Berat badan tertinggi dan terendah dapat terjadi kapan saja di setiap minggu, tetapi berat badan cenderung menurun setelah akhir pekan berlalu.
Orsama mengatakan, studi menunjukkan berat badan yang meningkat saat akhir pekan harus dikompensasi dengan penurunan berat badan selama hari-hari tengah minggu. Semakin banyak berat badan yang dapat dikurangi sepanjang pekan, maka penambahan berat badan yang terjadi di akhir pekan tidak akan menjadi masalah.
Peneliti studi lainnya, Brain Wansink, mengatakan, perbedaan besar bagi orang yang bertambah berat badannya dan yang berkurang adalah apa yang dimakan sepanjang minggu, bukan akhir pekan. Oleh karena itu, menurutnya, kenaikan berat badan di akhir pekan tidak akan mengganggu program penurunan berat badan.
http://health.kompas.com/read/2014/02/07/1131565/Akhir.Pekan.Orang.Cenderung.Tambah.Berat.Badan

DIET GOLONGAN DARAH TIDAK VALID

Teori yang melatar belakangi diet berdasarkan golongan darah ternyata tidak valid. Riset terbaru oleh peneliti asal Kanada menemukan, diet berdasarkan golongan darah tidak terbukti kebenarannya.

Menurut peneliti senior Ahmed El-Sohemy dari University of Toronto, penelitian yang menggunakan data dari 1.455 partisipan tidak menemukan adanya bukti pendukung teori diet golongan darah. Peneliti juga menemukan, golongan darah tidak ada hubungannya sama sekali dengan kesehatan seseorang. 

“Cara tiap individu merespon pola makan tidak ada hubungannya dengan golongan darah. Semua golongan darah mampu menjalani pola makan rendah karbohidrat atau penuh sayuran,” kata El-Sohemy.
 
Diet golongan darah adalah pengaturan pola makan yang mendasarkan variasi asupan seseorang pada golongan darahnya. Diet golongan darah populer setelah publikasi buku yang berjudul Eat Right for Your Type. Buku ini ditulis seorang naturopath bernama Peter D'Adamo. 
 
Menurut teori tersebut, tiap golongan darah melakukan proses pengolahan makanan yang berbeda. Dalam teori tersebut, individu yang menaati pola makan sesuai golongan darahnya akan terhindar dari penyakit kronis misalnya kardiovaskuler. Kesehatan orang tersebut juga akan terus meningkat. 
 
Buku Eat Right for Your Type telah diterjemahkan dalam 52 bahasa dan menjadi best seller. Diet tersebut juga menjadi populer pada kebanyakan remaja maupun dewasa, karena menyediakan info detail terkait pola makan sehari-hari.
 
Para pelaksana diet juga menguji darahnya saat berpuasa, untuk mengetahui faktor risiko kardiometabolik seperti insulin, kolesterol, dan trigliserida. Nilai tersebut menjadi dasar, seberapa besar keterkaitan antara makanan dengan golongan darah sesuai dengan daftar dalam Eat Right for Your Type.
 
Kendati begitu, Sohemy mengatakan, kurangnya bukti keilmuan bukan berarti diet tersebut tidak bekerja. “Riset yang mendasari diet golongan darah tidak ada buktinya. Hal ini tentu mengundang tanya, sehingga harus diuji validitasnya. Hasilnya kami percaya hipotesis diet berdasarkan golongan darah tidak terbukti,” ujar Sohemy.
 
Review menyeluruh terkait diet golongan darah sebetulnya sudah ada tahun lalu dan dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition. Review tersebut menyebutkan tidak ada bukti yang mendukung diet berdasarkan golongan darah dan menyarankan adanya riset yang lebih terencana untuk membuktikannya. 

http://health.kompas.com/read/2014/01/20/1518578/Diet.Golongan.Darah.Tidak.Valid.
 

3 SEBAB BERAT BADAN NAIK


Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tidur cukup dengan berat badan ideal.Tidur kurang dari delapan jam menimbulkan kebiasaan makan buruk yang bisa menambah berat badan.

Studi oleh University of Pennsylvania mengungkapkan orang yang terjaga antara pukul 22:00 hingga 04:00 cenderung mengasup lebih banyak kalori. Orang yang tidur kurang dari delapan jam, asupan kalorinya rata-rata bertambah 553 kalori. 

Penelitian ini juga mengungkap, kurang tidur bisa menimbulkan beberapa kebiasaan makan buruk yang berpotensi meningkatkan berat badan. Berikut di antaranya:

* Banyak makan di pagi hari.
Penelitian menunjukkan partisipan yang kurang tidur mengaku lapar di pagi hari dan sarapan dengan porsi lebih banyak, dan hari berikutnya jadi sering ngemil. Peneliti mengatakan kurang tidur dalam semalam saja menyebabkan seseorang lebih banyak makan karena terpicunya ghrelin, hormon yang merangsang selera makan.

* Tak henti makan junk-food.
Jika kurang tidur, otak akan memicu tindakan impulsif dan membuat Anda memilih makanan berkalori tinggi.Sehingga Anda akan cenderung lebih sering makan junk foodseperti pizza dan donat. Makanan sehat seperti buah dan sayur tak menggugah selera. Menurut penelitian di University of California, Berkeley, bagian otak yang digunakan untuk membuat keputusan kompleks terganggu dan bagian otak yang mengontrol keinginan menjadi lebih kuat.

* Ngemil sore tak terkontrol.
Menurut penelitian University of Chicago dan Medical College of Wisconsin di Milwaukee, kurang tidur memicu tubuh mengeluarkan molekul disebut 2-AG, yang menyulut rasa lapar. Partisipan penelitian yang tidur hanya 4,5 jam memiliki kadar molekul lebih tinggi. Kadar ini semakin tinggi jelang sore, sehingga keinginan ngemil kian tinggi.

http://health.kompas.com/read/2014/02/08/1109186/3.Sebab.Berat.Badan.Naik.Akibat.Kurang.Tidur.

POLA MAKAN VEGETARIAN BANTU TURUNKAN TENSI

Kebiasaan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan terbukti banyak manfaatnya bagi kesehatan, salah satunya adalah membantu menurunkan tekanan darah.
Riset terbaru para ahli asal Jepang mengindikasikan, pola makan yang didominasi sayur dan buah-buahan (vegetarian) dapat membantu mengendalikan tensi darah.
Hasil tinjauan terhadap 7 uji klinis dan 39 penelitian melibatkan 22 ribu responden menyatakan, mereka yang menerapkan diet vegetarian memiliki tensi darah yang jauh lebih rendah dibanding yang menyantap daging.
Bila dirata-rata, penurunan tensi dari berbagai penelitian itu berkisar antara 5 hingga 7 milimeter merkuri (mm/Hg) untuk sistolik, dan antara 2 hingga 5 mm/Hg  untuk diastolik. Walau hasil penurunannya tak besar, namun ini cukup untuk mengurangi risiko serangan jantung.
Penurunan tekanan diastolik  hingga 5 mm Hg, menurut para ahli, berkaitan dengan penurunan risiko 9 persen kematian akibat jantung koroner dan 14 persen risiko lebih rendah kematian akibat stroke.
Peneliti mengatakan, penurunan tekanan ini terlepas dari jenis diet vegetarian yang dilakukan responden. Apakah itu hanya mengonsumsi sayur, kacang, buah ; atau dengan tetap menyantap telur, ikan, dan produk susu;  atau hanya mengindari daging ; atau vegan (sepenuhnya menghindari produk hewan termasuk susu).

JANTUNG BERDEBAR, SELALU GEJALA PENYAKIT JANTUNG ?


Kemarin di hari kedua acara Academy of Psychosomatic Medicine meeting di Fort Laudardale, Florida, AS, ada salah satu pembahasan yang sangat sering saya temukan dalam praktek sehari-hari. Pembicara yang berasal dari Belanda ini berbicara tentang keluhan panik pada pasien dengan nyeri dada yang bukan jantung (non-cardiac chest pain) yang datang ke unit gawat darurat. 

Kebanyakan pasien yang datang ke unit gawat darurat dengan keluhan ini sebenarnya tidak mengalami gangguan jantung yang serius.

Data mengatakan bawah 50-90% pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada didiagnosis dengan nyeri dada yang tidak melibatkan jantung. Lebih dari setengah pasien ini akan terus mengatakan adanya nyeri setelah pulang perawatan dan tetap khawatir akan adanya penyakit jantung yang serius. 

Kondisi ini secara langsung meningkatkan angka kebutuhan perawatan, pemeriksaan dan terapi terutama di unit gawat darurat.

Jika melihat hasil data penelitian yang disampaikan, sejak tahun 1993, 2003, 2008 sampai dengan 2011 maka terjadi peningkatan kasus gangguan panik di unit gawat darurat dari hanya sekitar 18% lalu menjadi 22%, 36% dan akhirnya 44%. Ini menandakan semakin tahun kondisi ini semakin banyak dialami oleh masyarakat di tempat penelitian ini diadakan. Sayangnya di Indonesia data seperti ini tidak ditemukan.

Peran Dokter

DETEKSI DINI KESEHATAN PADA TUBUH ANDA....


7 November 2014

MAKANAN YANG TIDAK BAIK BAGI PENCERNAAN

Menurut teori, sebenarnya apa yang dimasukkan ke dalam mulut bisa dicerna oleh organ pencernaan kita. Tetapi perubahan dalam proses penyiapan makanan (menggoreng), ditambah dengan gaya hidup pasif, membuat perut sering "rewel" dalam merespon makanan yang masuk. Membatasi asupan jenis tertentu merupakan cara yang bijak untuk menghindari gangguan perut. Empat makanan ini contohnya.

1. Makanan tinggi lemak dan gorengan

Baik makanan yang tinggi lemak atau digoreng bisa memicu respon negatif pada perut, misalnya saja panas perut (heartburn) atau asam refluks. Makanan tinggi lemak juga bisa menyebabkan warna tinja menjadi pucat atau disebut steatorrhea, yakni berlebihnya lemak di feses.  Orang yang menderita irritable bowel syndrome juga disarankan untuk menghindari makanan tinggi lemak, termasuk krim dan mentega. 

2. Makanan pedas

Orang yang sudah menderita panas perut atau irritable bowel syndrome sebaiknya mengurangi makanan yang terlalu pedas. 

3. Produk susu

Produk susu memang sumber kalsium yang mudah dicerna tubuh, tetapi untuk mereka yang menderita intoleransi laktosa bisa menjadi sakit setelah menikmati produk susu. Gejalanya antara lain perut kembung, sering buang air besar, kejang perut, dan diare.

4. Alkohol

Alkohol mungkin membuat tubuh rileks, tapi sayangnya esofagus juga ikutan rileks. Akibatnya adalah heartburn atau perut panas. Hearburn terjadi ketika asam lambung bergolak naik ke esofagus atau kerongkongan. 

Kebiasaan minum alkohol juga akan membuat lapisan perut mengalami inflamasi yang bisa mengganggu penyerapan nutrisi dari makanan. Terlalu banyak alkohol juga akan menyebabkan diare dan kram perut.

'http://health.kompas.com/read/2012/02/08/10225682/4.Makanan.yang.Buruk.bagi.Pencernaan?utm_source=health&utm_medium=bp&utm_campaign=related&

MAKANAN YANG WAJIB DI HINDARI JIKA ANDA RIWAYAT HIPERTENSI

Tekanan darah tinggi atau hipertensi kini telah menjadi masalah kesehatan di banyak negara. Peningkatan jumlah orang yang menderita hipertensi di negara-negara berkembang sebagian besar disebabkan kadar garam yang tinggi dalam makanan, obesitas, dan konsumsi alkohol oleh laki-laki.

Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko terbesar untuk penyakit jantung dan stroke. Meski begitu, tekanan darah tinggi sebenarnya adalah faktor risiko yang paling dapat dikontrol, antara lain dengan pengaturan pola makan. 

Konsumsi yodium yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 2.400 mikogram perhari atau sekitar 1-1,5 sendok garam beryodium. 

Berikut adalah jenis-jenis makanan yang sebaiknya dihindari jika Anda menderita hipertensi.

- Daging merah
Pilihlah daging merah dalam porsi kecil, jika memungkinkan tanpa lemak. Makanan berlemak berakibat buruk pada jantung dan pembuluh darah. Hindari pula daging asap (bacon) atau pun sosis karena kandungan sodiumnya cukup tinggi.

- Mi instan
Mi instan  kemasan atau dalam gelas, memang menjadi makanan penghilang lapar yang praktis dan rasanya enak. Tetapi satu kemasan mi instan bisa mengandung 14 gram lemak dan lebih dari 1.500 sodium. 

- Alkohol
Sering mengonsumsi alkohol bisa meningkatkan tekanan darah. Alkohol juga akan merusak dinding pembuluh darah sehingga akibatnya sangat buruk. 

- Donat
Makanan "kecil" yang disukai banyak orang ini sebaiknya dihindari oleh penderita hipertensi atau orang yang ingin sehat. Dalam satu buah donat terkandung lebih dari 300 kalori dengan 42 persen lemak dan 54 persen karbohidrat. Donat yang digoreng juga akan membuatnya banyak mengandung lemak trans. 

- Sup kalengan
Rata-rata sup kalengan dan makanan kalengan lainnya ukuran kecil mengandung sekitar 760 mg sodium. 

Makanan sehari-hari lainnya yang mengandung garam cukup tinggi antara lain mi bakso, mi ayam, roti, pizza, keju, dan sebagainya. 

http://health.kompas.com/read/2014/10/30/081500423/Hindari.Makanan.Ini.jika.Derita.Hipertensi.

ORANG GEMUK ITU BIASANYA KURANG GIZI

Jika orang yang kurus sering dianggap kurang gizi, maka orang yang kegemukan dikatakan kelebihan gizi. Padahal, orang yang kegemukan sebenarnya juga bisa mengalami kekurangan gizi. 

Pola makan tinggi lemak dan karbohidrat, seperti mengonsumsi mi, kue-kue, keripik, nasi, dan biskuit, bisa membuat seseorang mengasup banyak kalori tetapi sedikit nutrisi. Akibatnya adalah kegemukan. Demikian disampaikan Dr.Sally Norton, konsultan bidang penurunan berat badan dan operasi gastrointestinal.

Ia mengatakan, salah satu sumber yang perlu diwaspadai adalah banyaknya kedai kopi yang membuat minuman mengandung gula tinggi serta minuman ringan di toko-toko yang mudah dijangkau anak. Selain itu, menurutnya banyak dokter muda yang mendapat pengetahuan minim mengenai nutrisi. 

Kebiasaan mengasup makanan cepat saji juga membuat seseorang kekurangan protein, vitamin, dan mineral, yang cukup. 

Sayangnya kurang gizi terkadang tidak disadari. Padahal, dalam skala ringan, kurang gizi bisa menimbulkan gejala pada tubuh, misalnya rambut rontok, nafsu makan tinggi, dan kelelahan.

"Banyak orang yang kekurangan vitamin A,C, D, kalsium, dan zat besi, tapi mereka banyak mengonsumsi lemak jenuh, kolesterol, dan sodium," kata Norton.

Padahal, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa apa yang kita makan sangat berpengaruh pada kesehatan. Dengan mengonsumsi makanan segar dan bernutrisi, kita bukan cuma bisa mengatasi masalah kesehatan yang sudah dimiliki, namun kita juga dapat mencegah penyakit. 

Di Indonesia sendiri, tiga besar penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian adalah stroke, hipertensi, dan diabetes. Ketiganya merupakan penyakit yang berhubungan dengan kegemukan dan pola makan yang salah. 

Para ahli sejak ratusan tahun lalu sudah mengatakan bahwa makanan adalah obat terbaik bagi tubuh. "Dokter di masa depan tidak lagi mengobati manusia dengan obat, tapi bisa menyembuhkan dan mencegah penyakit dengan nutrisi," kata Thomas Edison, penemu bola lampu, 100 tahun yang lalu.

http://health.kompas.com/read/2014/11/07/121000223/Orang.Gemuk.Biasanya.Kurang.Gizi

28 September 2014

BERAPA BATAS AMAN KURANGI KALORI

Ketika bertujuan mengurangi berat badan, kalori yang dimakan perlu lebih sedikit daripada yang dikeluarkan. Namun mengurangi kalori bukanlah sesuatu yang sederhana, pasalnya tubuh tetap membutuhkan kalori. Jadi berapakah batas aman mengurangi kalori?
Menurut Kathleen Zelman, ahli gizi sekaligus kontributor untuk situs kesehatan webMD,mengurangi kalori lebih besar dari 1.050-1.200 perhari justru kontraproduktif. Alasannya, kondisi tersebut akan mengurangi massa otot. Padahal otot dapat membantu tubuh untuk meningkatkan metabolisme sehingga tubuh pun dapat membakar kalori lebih banyak.
"Ketika Anda makan terlalu sedikit kalori, selain kehilangan lemak, Anda juga akan kehilangan massa otot yang berharga," ujarnya.
Maka, Zelman pun menyarankan agar pengurangan kalori tidak lebih dari 500 kalori perharinya. Melalui cara itu, per minggunya, tubuh akan mengurangi sekitar 450 gram berat badan atau sekitar dua kilogram setiap bulannya.
Senada dengan Zelman, dokter spesialis gizi klinis Samuel Oetoro mengatakan, batas aman mengurangi berat badan adalah 2-4 kilogram dalam satu bulan. Jika lebih dari itu, dikhawatirkan ada fungsi tubuh yang akan terganggu.
"Mengurangi berat badan sebaiknya tidak terlalu cepat," imbuhnya saat dihubungi Kompas Health, Jumat (17/1/2014) lalu.
Menurutnya, untuk mengurangi kalori dengan aman, pilihan makanan menjadi hal yang penting. Samuel mencontohkan, dalam memilih karbohidrat sebaiknya dipilih yang indeks glikemiknya rendah seperti nasi merah atau kentang dengan kulit. Selain itu, daripada mendapat asupan lemak dari goreng-gorengan, lebih baik dari kacang atau ikan.
Begitu pula dengan protein, pemilihan daging tanpa lemak dengan cara masak direbus atau dibakar lebih baik daripada digoreng. Dengan begitu, kalori yang asup bisa "dihemat" namun kebutuhan zat gizi bisa dipenuhi.
Agar penurunan berat badan lebih efektif, lanjut Samuel, olahraga pun perlu dilakukan. "Olahraga penting untuk dilakukan, dan untuk membakar lemak, durasinya harus lebih dari 30 menit dengan intensitas ringan hingga sedang," jelasnya.
Menurutnya, olahraga yang dilakukan kurang dari 30 menit belum cukup untuk membakar lemak. Sehingga olahraga seperti bersepeda, berenang, atau berjalan kaki yang dilakukan selama satu jam adalah yang paling disarankan.
http://health.kompas.com/read/2014/01/19/1727050/Berapa.Batas.Aman.Kurangi.Kalori.

3 PENYEBAB BERAT BADAN NAIK


Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tidur cukup dengan berat badan ideal.Tidur kurang dari delapan jam menimbulkan kebiasaan makan buruk yang bisa menambah berat badan.

Studi oleh University of Pennsylvania mengungkapkan orang yang terjaga antara pukul 22:00 hingga 04:00 cenderung mengasup lebih banyak kalori. Orang yang tidur kurang dari delapan jam, asupan kalorinya rata-rata bertambah 553 kalori. 

Penelitian ini juga mengungkap, kurang tidur bisa menimbulkan beberapa kebiasaan makan buruk yang berpotensi meningkatkan berat badan. Berikut di antaranya:

* Banyak makan di pagi hari.
Penelitian menunjukkan partisipan yang kurang tidur mengaku lapar di pagi hari dan sarapan dengan porsi lebih banyak, dan hari berikutnya jadi sering ngemil. Peneliti mengatakan kurang tidur dalam semalam saja menyebabkan seseorang lebih banyak makan karena terpicunya ghrelin, hormon yang merangsang selera makan.

* Tak henti makan junk-food.
Jika kurang tidur, otak akan memicu tindakan impulsif dan membuat Anda memilih makanan berkalori tinggi.Sehingga Anda akan cenderung lebih sering makan junk foodseperti pizza dan donat. Makanan sehat seperti buah dan sayur tak menggugah selera. Menurut penelitian di University of California, Berkeley, bagian otak yang digunakan untuk membuat keputusan kompleks terganggu dan bagian otak yang mengontrol keinginan menjadi lebih kuat.

* Ngemil sore tak terkontrol.
Menurut penelitian University of Chicago dan Medical College of Wisconsin di Milwaukee, kurang tidur memicu tubuh mengeluarkan molekul disebut 2-AG, yang menyulut rasa lapar. Partisipan penelitian yang tidur hanya 4,5 jam memiliki kadar molekul lebih tinggi. Kadar ini semakin tinggi jelang sore, sehingga keinginan ngemil kian tinggi.

http://health.kompas.com/read/2014/02/08/1109186/3.Sebab.Berat.Badan.Naik.Akibat.Kurang.Tidur.

MANFAAT MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK DI LUAR RUMAH

Anda mungkin terbiasa melakukan aktivitas fisik di dalam ruangan seperti treadmill dan yoga. Tetapi sesekali cobalah melakukannya di ruang terbuka atau taman. Melakukan latihan fisik maupun olahraga di ruang terbuka hijau ternyata banyak manfaatnya.
Meningkatkan suasana hati
Melakukan aktivitas fisik atau olahraga di ruang terbuka bisa membuat suasana hati Anda lebih baik. Sebuah studi tahun 2012 yang dilaporkan the Telegraph menyatakan bahwa menghabiskan waktu di ruang terbuka membuat 50 persen orang lebih bahagia daripada mereka yang menghabiskan waktu digym.
Penelitian sebelumnya bahkan menyatakan bahwa olahraga di ruang terbuka dapat mengatasi ketegangan, kebingungan, kemarahan dan depresi, jika dibandingkan dengan kegiatan dalam ruangan. Sebuah studi yang dilaporkan BBC tahun 2010 juga menunjukkan bahwa hanya lima menit saja latihan di ruang terbuka hijau dapat meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik dan menimbulkan kepercayaan diri.
Meningkatkan konsentrasi
Sebuah studi dari University of Illinois di Urbana-Champaign menemukan bahwa anak-anak dengan Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD) mampu berkonsentrasi lebih baik setelah 20 menit berjalan kaki di taman.
"Kami tidak tahu taman yang seperti apa, yang pasti kehijauan dan hanya ada sedikit bangunan. Hal itu sepertinya bisa meningkatkan perhatian," ujar Frances E Kuo, Direktur University's Landscape and Human Health Laboratory.
Membuat rutin latihan
The Physical Activity Guidelines for Americans merekomendasikan kepada orang dewasa melakukan cardio selama dua jam dan 30 menit setiap minggu. Setelah itu ditambah dua sesi atau lebih untuk latihan beban.
Namun, pekerjaan terkadang membuat Anda tidak memiliki waktu untuk berolahraga. Survei tahun 2011 menyatakan bahwa mereka yang melakukan latihan fisik atau olahraga di luar ruangan lebih bisa bersikap konsisten untuk rutin berolahraga dari pada mereka yang melakukannya di gym.

13 August 2014

BAHAYA KEGEMUKAN SAAT HAMIL


 Ibu yang sedang hamil tentu harus memiliki gizi yang cukup dan tidak boleh kurang. Meski begitu, memiliki gizi yang berlebih hingga mengakibatkan ibu hamil (bumil) kelebihan berat badan, juga tidak boleh terjadi.

Sudah banyak studi yang mengatakan akibat dari bumil yang obesitas. Salah satunya juga dapat berakibat pada bayi yang akan dilahirkan. Berikut beberapa akibat bayi yang lahir dari ibu yang obesitas seperti dirangkum detikHealth, Rabu (13/8/2014).

http://health.detik.com/read/2014/08/13/182259/2661394/1299/terlalu-gemuk-saat-hamil-ini-6-risiko-yang-dihadapi-anak

16 January 2014

MAKAN DI MEJA MAKAN CEGAH ANAK KEGEMUKAN

Anak gemuk tidak lagi terlihat lucu saat risiko penyakit ternyata mengintai dari tubuh gemuknya. Itulah mengapa, perlu ada upaya khusus untuk menekan prevalensi kegemukan pada anak. Menurut sebuah studi baru, anak-anak yang makan di meja makan cenderung memiliki badan yang lebih langsing dibandingkan dengan anak-anak yang tidak.
Para peneliti mengatakan, anak-anak yang melayani diri mereka sendiri pada piring yang telah disiapkan di meja makan cenderung untuk makan lebih sedikit. "Anak-anak yang makan di meja makan juga belajar untuk mengenali rasa kenyang lebih cepat daripada mereka yang diberikan sepiring penuh makanan di depan televisi.
Ketua studi Brent McBride, direktur laboratorium perkambangan anak di University of Illinoismengatakan, makan dengan keluarga di meja makan memberikan anak kesempatan untuk belajar hal-hal seperti porsi dan pemilihan makanan.
"Ketika makan sudah disiapkan di piring, anak-anak tidak pernah belajar untuk mengenali tanda-tanda lapar pada dirinya. Dia akan kesulitan untuk mengatakan bahwa porsi yang disiapkan terlalu banyak untuknya," ujarnya.
Menurut McBride, pengasuh juga sering memaksakan untuk menghabiskan makanan yang ada di piring meskipun anak sudah kenyang. Padahal porsi yang disiapkan oleh pengasuh belum tentu sesuai dengan kemampuan anak.
Dalam studi yang dipublikasi dalam Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics tersebut, peneliti melibatkan 100 anak-anak yang berusia dua hingga lima tahun di Amerika Serikat. Mereka menemukan, anak-anak yang terbiasa makan di meja makan rata-rata memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang makan di depan televisi.
Menurut peneliti, IMT yang lebih tinggi berkaitan dengan jumlah makanan yang lebih banyak di depan televisi. Tak hanya pada anak, para peneliti mengatakan hal yang sama juga terjadi pada orang dewasa.
Dipti Dev, lulusan ilmu nutrisi di University Illinois mengatakan, daripada bertanya, "sudahkah kamu selesai?", orangtua sebaiknya bertanya, "sudahkah kamu kenyang?". Kemudian bisa dilanjutkan dengan, "jika kamu masih lapar, kamu bisa menambah lagi."
"Bertanya dengan pertanyaan yang tepat pada anak akan membuat mereka belajar untuk "mendengarkan" sendiri petunjuk dari tubuh mereka," pungkas Dev.

15 January 2014

ANAK GEMUK BERESIKO SERANGAN JANTUNG

Melihat anak gemuk yang lucu memang menggemaskan.  Tetapi di balik kelucuan itu justru ada hal yang membuat tidak lucu. Apa pasalnya? Ya, karena kegemukan  justru membuat anak menjadi rawan akan penyakit.  

Dalam kajian terbaru, para ahli kesehatan di Belanda mengindikasikan, penyakit jantung yang lazimnya diderita oleh mereka yang berusia paruh baya, kini juga mengancam  anak-anak berusia 2-12 tahun yang memiliki bobot kelewat gemuk aliasobesitas yang parah. Obesitas atau kegemukan merupakan masalah global, bukan hanya menimpa pada orang dewasa tapi juga anak-anak baik di negara maju maupun negara berkembang. 

Dari penelitian yang dilakukan terhadap 307 anak obesitas diketahui, sebanyak dua pertiganya sudah memiliki sedikitnya satu faktor risiko penyakit jantung, misalnya tekanan darah tinggi atau hipertensi.

LEMAK PERUT BAHAYA UNTUK JANTUNG


Waspadalah jika Anda memiliki timbunan lemak di perut, meski berat badan normal. Pasalnya lemak di perut membuat risiko Anda terkena penyakit jantung menjadi lebih besar daripada orang yang kegemukan. 

Dalam penelitian terbaru, para peneliti menemukan bahwa orang dengan berat badan normal tetapi lingkar pinggangnya lebar berisiko tiga kali lebih besar meninggal karena penyakit jantung dan berisiko dua kali lebih besar meninggal karena penyebab lain, dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal dan lingkar pinggangnya kecil.

"Orang dengan berat badan normal biasanya tak merasa perlu untuk mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat. Tetapi obesitas sentral atau kegemukan di perut sangat tidak sehat, bahkan pada orang yang kurus," kata Dr.Francisco Lopez-Jiminez, ahli kardiologi dari Mayo Clinic.

Ada beberapa alasan mengapa obesitas sentral meningkatkan risiko kematian, antara lain karena peningkatan resistensi insulin

Selain itu, orang yang kegemukan di pinggang biasanya justru kekurangan lemak di bagian yang penting, misalnya di kaki dan pinggul. Mereka juga cenderung memiliki massa otot lebih sedikit.

Untuk mereka yang termasuk obesitas, risiko terkena penyakit kardiovaskular ikut dipengaruhi oleh distribusi lemak. Menurut Lopez-Jiminez, orang obesitas biasanya memiliki lemak di area yang sebenarnya protektif dan mereka punya massa lemak lebih banyak.

Orang yang berat badannya normal tetapi memiliki timbunan lemak di perut disarankan untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung dengan menurunkan berat badan dan membentuk massa otot sehingga berat badannya terdistribusi.

"Pola makan yang sehat dan olahraga adalah cara mengatasinya. Jika keduanya dilakukan, selain berat badan turun, massa otot juga terbentuk," katanya.

Hasil penelitian tersebut dipresentasikan dalam kongres European Society of Cardiology di Munich, Jerman. Penelitian awal ini melibatkan 12.000 pria dan wanita di Amerika Serikat yang mengikuti survei National Health and Nutrition Examination Survey.

Para peneliti juga mengukur berat badan, tinggi, lingkar pinggang, serta pinggul. Para peneliti juga mencocokkannya dengan data kematian nasional.

Selama 14 tahun masa penelitian, lebih dari 2.500 orang meninggal. Dari jumlah tersebut, lebih dari 1.000 orang meninggal karena penyakit kardiovaskular.

Ternyata, risiko kematian akibat penyakit jantung 2,75 kali lebih tinggi pada mereka yang berat badannya normal tetapi punya timbunan lemak di pinggang. 

Menanggapi hasil studi tersebut, Dr.Gregg Fonarow, profesor kardiologi dari Universitas California, mengatakan bahwa obesitas sentral adalah kelebihan lemak di bagian perut. Pada kondisi ini, jumlahdeposit lemak di perut melebihi proporsi lemak tubuh keseluruhan.

Berbagai penelitian menunjukkan obesitas sentral meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. 

"Pada beberapa penelitian, lingkar pinggang atau rasio pinggang dan pinggul menjadi prediktor yang lebih baik daripada indeks massa tubuh," kata Fonarow.